Beritaindonesia.co - Susi Pudjiastuti adalah perempuan pertama yang diangkat
menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Ketika ditunjuk Presiden Joko Widodo
(Jokowi) pada 27 Oktober 2014, banyak yang meragukannya, apalagi bila melihat
latar belakang pendidikan Susi yang hanya lulusan SMP.
Tetapi Susi menjawab keraguan publik dengan berbagai
gebrakan dan prestasi. Sejak menjabat, Susi konsisten memerangi pencurian ikan
oleh kapal-kapal asing di laut Indonesia.
Sepanjang 2016 saja, ada 236 kapal pencuri ikan yang
ditenggelamkan Susi. Keberaniannya mengundang decak kagum, menginsipirasi
banyak orang, Susi pun menjadi idola baru.
Perempuan kelahiran Pangandaran 52 tahun lalu ini
menunjukkan bahwa gender bukan halangan untuk berprestasi. Susi adalah Kartini
di zaman modern.
Kepada detikFinance, Susi mengungkapkan pengalamannya di
dunia yang didominasi laki-laki. Berikut petikan wawancara dengan Susi pada
Kamis (20/4/2017):
Ibu Susi sudah sekitar 3 tahun anda menjadi Menteri Kelautan
dan Perikanan, langsung membuat gebrakan yang mengguncang dunia. Bahkan sudah
menjadi komik di Jepang. Anda tidak takut? Apa yang menjadi visi anda?
Saya sebagai seorang profesional harus berani mengeksekusi
Undang Undang dan tidak pernah merasa sebagai seorang individu yang berani
banget. Saya tidak takut sih untuk tegas mengeksekusi Undang Undang, itu kan
tugas saya, amanat Undang Undang. Sebagai pejabat negara, ya amanah ini harus
dijalankan, Undang Undang melindungi saya.
Jadi karena terpaksa?
Oh tidak terpaksa, itu kan amanat. Kalau kita sudah komitmen
ambil pekerjaan ini, kan itu bukan terpaksa. Itu profesionalisme, saya sign,
saya terima sumpah saya sebagai seorang menteri, berarti saya mesti
melaksanakan amanat Undang Undang. Jadi bukan karena terpaksa, bukan karena
berani, tapi karena profesionalisme, sebagai pejabat negara ya amanat Undang
Undang mesti kita jalankan. Tidak boleh tidak, tidak ada choice, itu saja.
Anda menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan wanita pertama
di Indonesia, dan gebrakan anda langsung didukung masyarakat banyak. Bagaimana
anda melihat kondisi sektor kelautan dan perikanan Indonesia sebelum menjadi
menteri, dan sekarang setelah menjadi menteri?
Kalau dari urusan illegal fishing perikanan, dari gambar
satelit tahun 2014 sebelum November setelah saya dilantik bulan Oktober,
kemudian gambar satelit sekarang picture-nya di laut beda jauh. Dulu penuh sama
lampu, sekarang tidak lagi. Kemudian saya lihat masyarakat nelayan sekarang
dapat ikan besar-besar. Dan saya dengar dari beberapa kawan, mereka sekarang
belanja ikan di pasar, berani ditim ikannya, kalau dulu digoreng karena kurang
segar. Sekarang warteg-warteg sudah jual ikan banyak. Saya pikir itu perbedaan.
Kalau dulu kan susah beli ikan dan mahal, adanya di
supermarket, ikannya juga adanya ikan tertentu. Kemudian kalau lihat data BPS,
angka-angkanya berbeda. Dulu NTN (Nilai Tukar Nelayan) cuma 104-106 persen
sekarang 110 persen. Saya pikir sekarang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) juga lebih dikenal. Mudah-mudahan masyarakat dimudahkan, itu saja.
Di kampung saya, dan kemarin inspeksi ke beberapa daerah, di
Maluku, itu ikannya makin besar. Kalau di tempat saya di Pangandaran, itu ada
ikan yang 17-20 tahun enggak kelihatan, sekarang kelihatan lagi ikannya,
seperti ikan teri, tuna, yellowfin.
Sekarang kan yang tangkap sudah banyak. Yang beli dan
mengolah harus ada. Salah satu yang paling maju di bidang pengolahan adalah
Jepang. Mereka mau masuk tapi tidak di perikanan tangkap, tapi ke dalam
industri pengolahannya. Perikanan tangkap, biar orang-orang Indonesia yang
tangkap ikan.
Anda berada di dunia yang mayoritas dikerjakan oleh kaum
laki-laki. Sebagai perempuan, bagaimana anda memimpin orang di Kementerian dan
kalangan pengusaha yang mayoritas laki-laki?
Saya kalau kerja enggak pikir laki-laki atau perempuan. Saya
enggak pernah merasa sendirian karena banyaknya laki-laki, enggak ada. Sama
saja. Kalau orang lain bisa, ya bisa. Saya tidak pernah merasa keperempuanan
saya itu handicap atau obstacle, biasa saja.
Tidak pernah merasa terhalang atau tidak mampu karena
perempuan?
Tidak pernah. Tadi saya bilang, keperempuanan saya tidak
pernah terasa oleh saya oleh saya sebagai sesuatu yang handicap, obstacle, 'oh
itu tidak bisa karena perempuan'. Harus dikerjakan, ya dikerjakan. Simple.
Apa rencana prioritas di bidang kelautan dan perikanan di 2
tahun sisa pemerintahan?
Membuat industri-industri kerakyatan karena arahan Pak
Presiden di bidang ekonomi harus ada keberpihakan dan unsur keadilan. Jadi saya
ingin mengembangkan UMKM, industri kerakyatan, dan memberikan porsi masyarakat
Indonesia untuk bisa menikmati hasil perikanan ini seperti pemain-pemain besar
zaman dulu.
Yang kedua, memastikan bahwa keberlanjutan dari sumber daya
ikan ini tetap ada dan banyak. Kalau sedikit tidak cukup untuk menghidupi
banyak orang. Harus ada dan banyak. Maka kelestariannya mesti kita atur,
penangkapannya. Visi Pak Presiden menjadikan laut masa depan bangsa akan
terjadi. Kalau tidak, 10 tahun lagi habis, masak bangsa kita cuma bisa hidup
dari laut sekarang? Tidak boleh.
Hal-hal apa saja yang Ibu Susi rasakan sebagai Menteri
Kelautan dan Perikanan?
Kalau bikin policy baik, tujuannya membantu masyarakat
dengan baik, terus diprotes. Terus ada provokator yang menyesatkan masyarakat.
Memprovokasi masyarakat yang baik, yang sudah menerima, yang ingin memperbaiki,
ingin maju. Itu saya jengkel sekali.
Kadang-kadang tekanan ya misalnya saya tidak bisa ngomong
leluasa, situasi publik tidak mengizinkan. Saya pikir so far bisa saya manage.
Apa saran anda terhadap wanita-wanita di Indonesia, supaya
bisa sukses seperti anda?
Kita stop mempermasalahkan gender. Kerja, bergerak,
berkarir, berprestasi tanpa mikir 'saya perempuan', 'saya tidak boleh ini',
'saya tidak boleh itu', 'saya harus diistimewakan'. Stop itu. Jangan pikir
gender itu handicap, persoalan.
Loading...