Beritaindonesia.co - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Basuki
Hadimoeljono meninjau proyek pembangunan bendungan Karalloe di Kecamatan
Tompobulu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (19/4/2017). Dalam
kunjungannya, Basuki meminta untuk proyek tersebut diselesaikan dalam waktu
secepat mungkin.
"Masa cuma bikin bendungan 7 tahun? Ini (pembangunan
Karalloe) harus dipercepat. Kalau saya lihat schedule-nya, masa pengerjaannya
santai-santai. Sedangkan proyek sempat terhenti 3 tahun karena masalah
pembebasan lahan,” ucap Basuki.
Proyek pembangunan bendungan Karalloe ini adalah proyek yang
dimulai sejak tahun 2013 dan dikerjakan oleh kontraktor PT Nindya Karya.
Memang, proyek ini sempat tertahan pengerjaannya selama 3 tahun karena
permasalahan pembebasan lahan yang baru saja selesai pada Maret 2017 kemarin.
PT Nindya Karya sendiri menargetkan pengerjaan bendungan
Karalloe rampung pada awal 2020 mendatang. Pembangunan ini menelan anggaran
APBN sebesar Rp 518.220.000.000 dengan luas area tampungan air 145 hektar dan
kedalaman 85 meter.
Tidak main-main, untuk mempercepat proyek pembangunan
bendungan tersebut, Basuki meminta PT Nindya Karya untuk mengubah target
pengerjaanya.
“Ini schadule pengerjaannya standar saja dan harus diubah. 2
Minggu bikin schedule barunya, lalu
serahkan ke saya. Saya tunggu ya," tegasnya.
Saat melakukan peninjauan, Basuki ditemani Gubernur Sulsel
Syahrul Yasin Limpo, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, Anggota DPR RI Irwan
Aras, dan sejumlah pejabat Kementrian PUPR.
Syahrul menambahkan, jika penyelesaian proyek bendungan
Karalloe diulur-ulur sangat di sayangkan. Di mana dengan adanya bendungan
Karalloe ini, kehidupan masyarakat di Kabupaten Jeneponto bisa bertambah maju.
"Jika dulu, petani hanya bisa panen 1 atau 2 kali dalam
setahun. Dengan adanya bendungan Karalloe ini, bisa panen 3 kali dalam setahun.
Pendapatan dalam sektor pertanian jagung mencapai Rp 2 triliun dan diharapkan
dengan adanya bendungan Karalloe ini pendapatan jagung Rp 3,4 triliun
pertahun," jelasnya.
Syahrul mengatakan, Kabupaten Jeneponto merupakan daerah
paling miskin dan kering. Dengan adanya bendungan ini, masalah-masalah di
Kabupaten Jeneponto bisa teratasi.
"Kalau ada yang menghambat-hambat pembebasan lahan,
saya minta pak Dandim dan Kapolres membantu mengamankan situasi," pinta
Syahrul.
Mengatasi Banjir dan Mengairi Area Pertanian
Bendungan Karalloe berada di perbatasan Kabupaten Gowa dan
Kabupaten Jeneponto yang aliran airnya bersumber dari air gunung Lompobattang.
Bendungan Karalloe ini akan mengatasi banjir yang tiap tahunnya terjadi
Kabupaten Jeneponto pada musim penghujan tiba,
karena air dari Gunung Lompobattang tidak langsung mengalir menerjang
pemukiman penduduk jika curah hujan tinggi.
Selain mengatasi banjir, Bendungan Karalloe juga bisa
menampung air 40 juta kubik. Dari tampungan air itulah debit air bisa diatur
untuk dialiri ke aliran irigasi areal pertanian warga di Kabupaten Jeneponto.
"Bendungan ini bisa mengatasi banjir, bisa mengaliri
air irigasi di 7.000 areal pertanian warga saat musim kemarau datang. Bisa
dirasakan langsung manfaatnya oleh
masyarakat Kabupaten Jeneponto. Areal pertanian yang tandus akan berubah
nantinya menjadi subur berkat bendungan ini," ucap Basuki.
Bisa jadi PLTA dan objek wisata baru
Menteri Basuki mengatakan jika bendungan Karalloe ini
rampung, selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) dengan kapasitas 4,5 Megawatt. Selain itu bendungan Karalloe juga bisa
akan menjadi objek wisata baru di Kabupaten Gowa.
"Bendungan Karalloe ini sebagai penyedia air baku
sebesar 440 liter per detik. Jadi bisa dimanfaatkan sebagai penyedia air
bersih, jika pemerintah Kabupatennya jeli. Termasuk juga bisa dimanfaatkan
sebagai kawasan perikanan air tawar," tambah Menteri Basuki.
Loading...