Beritaindonesia.co - Sinyal reshuffle yang disampaikan Presiden Jokowi dalam
Kongres Ekonomi Umat 2017 Sabtu kemarin menjadi sorotan dari berbagai kalangan.
Pengamat Politik Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menilai, reshuffle
bukanlah sekadar bagi-bagi kekuasaan, lebih dari itu presiden harus betul-betul
menempatkan orang sesuai kapabilitasnya.
"Perlu kami ingatkan, reshuffle pada dasarnya bukan
soal bagi-bagi kekuasaan. Presiden pernah menyampaikan bahwa kabinet kerja,
tanpa syarat, bukan bagi-bagi kekuasaan. Presiden harus menempatkan seseorang
sesuai dengan keahlian, kemampuan, soal figur yang ada di Kementerian,"
ujar Pangi saat dihubungi VIVA.co.id, Senin 24 April 2017.
Pangi menjelaskan, bukan soal partai dan berapa kursi, tapi
bagaimana memilih menteri yang bisa memperbaiki performa kinerja Kementerian
secara segala keseluruhan," ungkapnya.
Sejauh ini, menurut Pangi sudah tiga kali reshuffle tidak
berefek kepada pemerintahan. Tentu publik bertanya-tanya kenapa reshuffle tidak
ada relevansi dengan pemerintahan?
"Sejauh ini tiga kali reshuffle tidak ada relevansi,
serhingga reshuffle hanya dinilai seperti otak-atik saja. Jangan sampai berapa
kali reshuffle tapi enggak ada efek," tegas Pangi.
Ia menambahkan, presiden sejauh ini belum menemukan orang
yang tepat, karena konflik interest terlalu tinggi. Persoalan fundamental belum
bisa terselesaikan dalam pemerintahan.
"Memang presiden mempunyai hak prerogatif, kalau
menteri tidak sejalan tidak dapat apa yang mau presiden, maka akan mengganggu
kinerja pemerintahan," tuturnya.
Ditegaskan Pangi, terkait kinerja menteri pasti ada
indikator pencapaian, tidak mungkin presiden mempertahankan menteri yang tidak
kapabel. "Presiden juga punya target. Sejauh ini yang ditangkap publik
bukan reshuffle kerja, tapi lebih ke koalisi partai," kata dia.
Loading...