Beritaindonesia.co - Jumlah korban tewas dalam aksi kekerasan anti pemerintah
yang sudah berlangsung selama tiga minggu di Venezuela, sudah mencapai 20
orang.
Jumlah korban itu bertambah menyusul pecahnya bentrokan pada
Jumat (21/4/2017) malam yang menyebabkan 12 orang meninggal dunia di kota
Caracas.
Seperti diberitakan AFP, polisi anti-huru-hara dan para
perwira pro pemerintah terlibat bentrokan dengan pengunjuk rasa di sisi timur,
barat, dan selatan kota itu.
Para pendemo menuntut pengusiran Presiden Nicolas Maduro.
Keterangan itu disampaikan oleh sejumlah saksi mata. Salah
satunya Carlos Yanez.
"Yang terjadi sudah persis seperti perang," ungkap
pria 33 tahun yang bekerja sebagai buruh konstruksi tersebut.
Yanez adalah warga Caracas yang tinggal di Distrik El Valle
di barat daya kota.
"Polisi menembakkan gas air mata, sementara warga sipil
bersenjata api menembak dari sejumlah bangunan," kata dia.
"Saya dan keluarga terpaksa meloncat ke bawah, ini
sungguh mengerikan," kata dia lagi.
Berdasarkan keterangan otoritas setempat, ada 12 orang yang
tewas dalam peristiwa ini.
Delapan di antara para korban itu tewas akibat tersengat
listrik ketika hendak merampok toko roti di tengah kerusuhan. Sementara
sisanya, tewas akibat tembakan senjata api.
Pada Jumat malam hari, lebih banyak pendemo dan titik
kerusuhan terjadi di Caracas timur, dan di Macuto di negara bagian Vargas.
Keamanan ketat dari petugas bersenjata pun diturunkan di
lokasi tersebut.
Polisi melepaskan gas air mata untuk memecah kepadatan massa
di Distik Palo Verde, di mana barikade api terlihat di mana-mana.
"Orang-orang bersenjata yang berputar mengendarai
sepeda motor pun semakin menebar ketakutan," ungkap saksi mata lainnya.
Loading...