Beritaindonesia.co - berada di Tebet, Jakarta Selatan, saat hari pencoblosan
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua. Di kawasan yang
masih cukup kental karakter Muslimnya ini, Anies Baswedan memenangkan dua
putaran pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta secara mengesankan.
Dia berhasil mengalahkan sang petahana Gubernur Basuki
Tjahaja Purnama, politisi berdarah Tionghoa dan penganut Kristen yang lebih
dikenal dengan nama Ahok.
Tebet adalah salah satu benteng terakhir warga Betawi,
sebuah masyarakat yang memegang teguh tradisi dan merupakan warga pertama yang
tinggal di kawasan tersebut.
Di awal tahun 1960an, ribuan orang Betawi digusur dari
Senayan ketika Presiden Soekarno akan membangun sebuah pusat olah raga (kini
dinamakan Gelora Bung Karno).
Setengah abad yang lalu, Tebet merupakan daerah berbukit
yang ditutupi pepohonan, sangat terpencil dan miskin, sehingga mendapat julukan
sebagai tempat “jin buang anak”.
Di tahun-tahun berikutnya, terlepas dari tata letak
taman-tamannya yang sedikit aneh, Tebet sudah mulai tertata. Saat ini, bahkan
dua ratus ribu penduduk telah mendiami kawasan yang luasnya kurang dari sepuluh
kilometer persegi itu: sebuah kampung perkotaan klasik.
Dengan hanya sedikit gedung-gedung bertingkat, Tebet
memiliki jalanan yang berbelok-belok, gang-gang dan trotoar kecil, serta
kemacetan saat jam-jam sibuk, mulai dari mobil mewah hingga truk barang, bajaj,
ojek, dan gerobak yang hampir tidak dapat ditembus.
Pada 14 April 2017, hanya lima hari sebelum pencoblosan,
Djarot Saiful Hidayat, pasangan Ahok, menuju masjid Jami Al-Atiq untuk salat
Jum'at. Terletak di antara sungai Ciliwung dan jalur kereta api yang sibuk,
rumah-rumah di sekitar masjid termasuk yang paling padat di Tebet.
Loading...