Beritaindonesia.co - Akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan, apa
yang dikhawatirkan dirinya terhadap kemungkinan tumbangnya calon inkumben Gubernur
dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thajaja Purnama-Djarot Saiful
Hidayat, terjadi.
Rhenald mencontohkan, kemenangan Joko Widodo dalam pemilihan
Presiden 2014, bukan faktor partai politik, akan tetapi karena relawan Jokowi.
"Sekarang terjadi lagi (Ahok-Djarot kalah. Sudah ada Teman Ahok, masuk
partai, katanya disuruh, apa akibatnya?" kata Rhenald.
Berdasarkan data hasil real count KPU DKI Jakarta,
Ahok-Djarot memperoleh suara 2.351.438 suara atau 42,05 persen, sedangkan Anies-Sandi
memperoleh 3.240.379 suara atau 57,95 persen. Adapun suara sah 5.591.817.
Menurut Rhenald, Ahok melawan lawan-lawan yang tak
kelihatan. Sedangkan menghadapi lawan-lawan tak kelihatan, tidak mudah.
"Siapa itu lawan tak kelihatan? media yang bukan teman-teman (media
mainstrem)," ujar Rhenald.
Lawan yang tak kelihatan itu, ujar Rhenald, adalah semua
orang orang menjadi media, menulis sendiri, dan menjadi wartawan, lalu
menyebarkan berita itu lewat medianya masing-masing. "Itu lawan-lawan tak
kelihatan," ujar Founder Rumah Perubahan ini.
Rhenald mencontohkan Donald Trump, yang awalnya diprediksi
banyak orang akan kalah dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat, namun, hasil
berkata lain, Donald Trump menang. "Donald Trump punya pasukan yang
diciptakan sendiri, itu ada di luar Amerika, di salah satu negara, kemenangan
bukan karena faktor partai," kata Rhenald.
Karena itu, dalam bukunya yang setebal 497 halaman tersebut
Rhenald menjelaskan tentang bahwa perubahan-perubahan yang terjadi saat ini.
"Sebagai ilmuan saya harus memberikan arahan kepada bangsa, agar tidak
terkejut dan tahu penyebabnya. Kalau tahu penyebabnya, kita bisa tahu
mengantisipasi," ujar Rhenald.
Selain politik, kata dia, dunia bisnis juga mengalami
keterpurukan serupa. Sebagai contoh, perusaan taksi sekelas Blue Bird tiba-tiba
melaporkan penurunan penjualannya. Tak ada catatan kemana konsumen mereka.
"Kalau dulu penyebabnya kelihatan Blue Bird turun karena ada talso
Ekspress," kata Rhenald.
Namun, ujar Rhenald, saat ini berbeda, lawanmua tak
kehilatan. Lawan itu muncul tanpa merek, tanpa pelat kuning, orang turun tak
ada yang ada membayar. Mereka adalah taksi online. "Masih banyak lagi
contohnya, perbankan, hotel, dan lainnya," ucap Rhenald.
Karena itu, menurut Rhenald, hasil sekolah 20 tahun yang
lalu tak bisa digunakan pada hari ini. Sebab, kalau ilmu-ilmu lawas itu
digunakan, maka akan bertanding melawan ilmu masa depan yang dipakai hari ini.
"(Ilmu masa depan) harganya lebih murah, mudah akses, dan berdampak
penghancuran," ujar Rhenald.
Loading...